Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut golden age. Perkembangan anak usia dini sebenarnya dimulai sejak pranatal. Pada saat itu, perkembangan otak sebagai pusat kecerdasan terjadi sangat pesat. Setelah lahir, sel-sel otak mengalami mielinasi dan membentuk jalinan yang kompleks (embassy) sehingga nantinya anak bisa berfikir logis dan rasional. Selain otak, organ sensoris seperti pendengar, penglihatan, penciuman, pengecap, perabaan, dan organ keseimbangan juga berkembang pesat (Black, J. et all.,1995; Gesell, A.L. & Ames, F., 1940). Sedikit demi sedikit anak dapat menyerap informasi dari lingkungannya melalui organ sensoris dan memprosesnya menggunakan otaknya. Perkembangan ini demikian pentingnya sehingga mendapat perhatian yang cukup luas dari para pakar psikologi/pendidikan, yang menyatakan bahwa pendidikan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Prinsip tersebut dinamakan praktek-praktek yang sesuai dengan perkembangan anak (developmentally appropriate practice atau DAP) (Bredekamp, S., 1987). Oleh karena itu, agar mampu mengasuh dan membimbing anak dengan efektif, seorang guru PAUD seyogyanya menguasai hakikat perkembangan anak usia dini.
William Stern dalam Semiawan, C. (2002) berbicara tentang teori konvergensi yang mengedepankan perpaduan antara faktor genetis dan pengaruh lingkungan serta melancarkan konsep bahwa anak lahir sebagai unitas multipleks, yaitu lahir sebagai individu yang memiliki lebih dari satu bakat. Konsep ini diperkuat dengan teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner (2003). Menurut Gardner, biasanya anak memiliki lebih dari satu bentuk kecerdasan, tetapi amat jarang anak yang memiliki kedelapan bentuk kecerdasan tersebut. Munculnya berbagai pemikiran baru tentang perkembangan anak, pemikiran konvensional tentang pendidikan anak usia dini yang pada umumnya masih bertolak dari teori tabularasa terus mengalami pembaruan.
Pemikiran baru yang terkenal antara lain adalah faham konstruktivisme berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kontekstual Vygotsky, psikososial Erik Erikson, kegiatan bermain Smilansky, dan Bronfenbrenner tentang sosialisasi anak dalam konteks ekologi. Teori ekologi ini mempelajari interelasi antar manusia dan lingkungannya. Ada 4 (empat) struktur dasar dalam konsep tersebut, yaitu sistem mikro, meso, exo dan makro (Bronfenbrenner dalam Berns, 1997). Sistem mikro adalah keluarga dan hubungan antara anggauta keluarga. Apabila anak menjadi lebih besar dan bersekolah maka ia berada dalam sistem meso. Sistem exo adalah setting di mana anak tidak berpartisipasi aktif tetapi terkena pengaruh berbagai sistem seperti pekerjaan orang tua, teman dan tempat kerja orang tua serta berbagai lingkungan masyarakat lain. Sistem makro berbicara tentang budaya, gaya hidup dan masyarakat tempat anak berada. Semua sistem tersebut saling pengaruh- mempengaruhi dan berdampak terhadap berbagai perubahan dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, seluruh komponen sistem berpengaruh terhadap pengasuhan (nurturing) dan pendidikan anak secara holistik (Berns, R.M, 1997, 4 ed). Paradigma baru dalam pendidikan anak usia dini menekankan pada penanganan nurturing oleh semua pihak berkenaan dengan pertumbuh- kembangan anak yang bersifat keutuhan jamak yang unik dan terarah.
Dalam perkembangannya, anak mempunyai berbagai kebutuhan, yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang mencakup pangan, sandang, dan ‘papan’ ; serta kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan penghargaan terhadap dirinya sebagaimana teori kebutuhan dari Maslow (1978). Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya, dan hal ini dapat menghadirkan pelatuk untuk mengembangkan seluruh potensi secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak tergantung dari cara lingkungan berinteraksi dengan anak-anak. Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang saling berinteraksi dengan individu, melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan taraf dan kebutuhan perkembangannya (Developmentally Appropriate Practice, Horowitz, dkk. 2005).
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD) DEPDIKNAS
0 comments:
Post a Comment